Indonesia merupakan negara yang sangat kaya. Kekayaan itu salah satunya berupa sumber energi, baik energi tak terbarukan maupun energi baru terbarukan (EBT).
Saat ini, energi tak terbarukan seperti Minyak Bumi dan Batu Bara masih menjadi andalan dunia untuk memenuhi kebutuhan energi.
Jika ditarik ke belakang, penggunaan energi secara besar-besaran dimulai saat dunia memasuki revolusi industri di Inggris pada awal abad ke-19, ketika James Watt menemukan mesin uap yang multifungsi dan efisien pertama kali.
Semenjak itu dan hingga kini, peradaban modern tidak bisa lepas dari penggunaan energi tak terbarukan. Namun, sisi buruk penggunaan energi tak terbarukan mulai terlihat tahun 1990-an.
Indonesia Memiliki Berbagai Sumber Energi Terbarukan
Ternyata penggunaan energi tersebut membawa dampak buruk bagi dunia. Proses pemanfaatan Minyak Bumi beserta produk turunannya serta Batu Bara telah menghasilkan emisi karbon yang dapat meningkatkan suhu Bumi.
Peningkatan suhu Bumi telah menciptakan fenomena yang disebut perubahan iklim, yang membawa pengaruh buruk bagi kehidupan. Dunia mulai mengalami anomali musim serta bencana kemanusiaan seperti banjir terjadi di seluruh belahan dunia, termasuk Eropa.
Akhirnya pada tahun 2015 disepakatilah Paris Agreement, yang telah diratifikasi oleh sebagian besar negara-negara di dunia. Semangat dari Paris Agreement adalah mengendalikan perubahan iklim melalui penggunaan energi yang lebih bersih, yaitu energi baru terbarukan(EBT).
Mulailah seluruh dunia, termasuk Indonesia berlomba-lomba beralih memanfaatkan EBT yang sangat melimpah. EBT adalah energi yang ramah lingkungan karena sedikit atau bahkan sama sekali tidak menghasilkan karbon.
Jenis-jenis EBT antara lain energi Surya, energi Pasang Surut Ombak, energi Angin, energi Air dan energi Panas Bumi.
Keunggulan lain dari EBT adalah tidak akan pernah habis. Makanya, Indonesia secara perlahan beralih menggunakan energi terbarukan sebagai sumber energi andalan di masa depan.